Pages

Senin, 13 Juni 2016

[ Day 2 ] Dari Pasar Terapung Hingga Jembatan Barito

Lanjutin cerita yang kemarin yaa.. Alhamdulillah impian jalan jalan ke kota favorit masa kecil tercapai sudah. Dan pada malam harinya gak ada acara lagi selain mamam cantik alias wisata kuliner. Tujuan kali ini adalah Lontong Orari di jalan Simpang Sungai Mesa No 12 Seberang Masjid. Konon kabarnya Lontong Orari ini endues banget. 

Malam itu saya pesan setengah porsi karena saya baca beberapa review kalau Lontong Orari ini porsinya jumbo. Yupp kaya gini penampakannya. Look yummy...
Lontong Orari.. Delicious
Gimana rasanya? Beneran endues surenduess.. Kuahnya gurih, lontongnya juga enak ditambah lauk ayam bumbu habang yang rasanya agak manis. Sejujurnya saya nyesel memilih lauk ayam, bukan ikan haruan. Karena di Banjarmasin yang terkenal itu ikan haruan/ikan gabus. Saya beneran lupa...padahal udah diwanti wanti sama teman kuliah kalo makan disitu lauknya ikan haruan. Hiksss..jadi pengin balik lagi, hihi.. #modus

Oiya pas kita makan disana ternyata ada team sepak bola yang sedang makan disana juga. Lihat lelaki berkaos merah di belakang saya? 
Yupp.. Doi adalah BP alias Bambang Pamungkas, pesebak bola andalan Indonesia. Maafkeun saya yang rada norak ketemu BP, hihihi... Setelah kenyang makan lontong orari kami langsung kembali ke hotel.

Sabtu selepas subuh, bersiap siap menuju Pasar Terapung Lokbaintan. Jam 5.10 wita kami sudah duduk manis di atas klotok menyusuri Sungai Martapura. Kami menyewa klotok dari hotel dengan tarif Rp. 400.000. 

Jadi yaa.. dahulu di Banjarmasin banyak bertebaran pasar terapung. Tapi karena berbagai sebab, sekarang tersisa 3 yaitu Pasar terapung Lokbaintan, Muara Kuin dan Taman Siring. Berdasarkan info yang kami dapat, pasar terapung Muara Kuin sekarang menyusut banget penjualnya. Masih mendingan Lokbaintan. Nah..akhirnya kami memutuskan utk ke Lokbaintan. 

Untuk menuju Muara Kuin, tarif sewa klotok dari hotel seharga Rp. 350.000 karena emang jaraknya lebih dekat. Oiya untuk pasar terapung Taman Siring lokasinya di pusat kota, disana penjualnya saja yang berada di atas jukung. Para pembeli tetap berada di darat. Jadi macam pasar apung Lembang.

Bersyukur banget pagi itu saya bisa melihat matahari terbit. Masya Allah cantik sekali pemandangannya. Romantis.. #kalau kata saya sih, hehehe..
Pagi yang romatis
Semburat warna jingga memantulkan warna yang sama di atas permukaan air sungai Martapura.
Jembatan gantung
Lama kelamaan matahari meninggi dan muncul dengan sempurna. Masya Allah...
Sunrise
Aah..saya begitu menikmati proses terbitnya matahari pagi di atas sungai Martapura. Priceless banget...

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam sampailah di Pasar Terapung Lokbaintan. Terlihat banyak jukung (perahu dalam bahasa Banjar) lalu lalang yang dikemudikan oleh para penjual sambil menjajakan dagangannya. Loh...tapi kenapa cuma sedikit yang berdagang?

Pegangan yang mayoritas kaum hawa itu dengan gesit mendayung jukungnya ke arah klotok kami.
Mereka menawarkan buah dan berbagai wadai (kue dalam bahasa Banjar). Pisang dijual seharga 10.000 untuk 3 sisir dan jeruk Banjar seharga 50.000/keranjang. Agak nyesal juga gak beli jeruk Banjar, hikss... Smoga kapan2 bisa kemari lagi dan beli jeruknya #modus lg, hihi..
Aneka wadai dan buah
Dari atas klotok, saya sempat membeli nasi kuning dan wadai bingka. Hhhmm... Saya suka wadai bingka nya. Tapi untuk naskun Banjar, agak kurang cucok di lidah saya #liriktetangga
Transaksi.. (Courtesy of : Yeye)
Setelah merasakan serunya bertransaksi di Pasar terapung dan melihat hiruk pikuk perdagangan di atas sungai, kami kembali ke hotel. Kalau boleh jujur nih, saya sedikit kecewa dengan Pasar Terapung Lokbaintan karena terbayang dalam pikiran saya adalah permukaan air sungai yang penuh sesak oleh puluhan jukung para pedagang. 

Beneran deh..saat itu penjualnya cuma sedikit. Kenapa ya? Padahal ini merupakan hari pasar, atau mungkin sekarang emang suasananya gak seperti dulu lagi? Seperti yang saya lihat di iklan logo rc*i jadul? Rame banget pasarnya. Trus gimana dengan pasar terapung Muara Kuin yang katanya lebih sepi dari Lokbaintan? Aahh..entahlah 

Akhirnya kami kembali ke hotel dan siap siap check out. Sebelum ninggalin hotel, ngintip dulu pemandangan dari balkon kamar kami. Kece euy...river view. Ada pemandangan orang yang sedang mancing.
River view..
Setelah urusan check out beres, kami menuju ke Kampung Sasirangan di jalan Seberang Masjid. Namanya juga pusat penjualan kain khas Banjar, udah pasti banyak toko berjejer menawarkan aneka motif kain sasirangan. Diantaranya yang paling besar adalah toko Irma Sasirangan. Harga kain sasirangan mulai Rp. 75.000 hingga ratusan ribu rupiah. Semua tergantung dari jenis bahan, motif dan cara pengerjaannya. 
Kampung Sasirangan
Lanjut tujuan berikutnya adalah mencicipi Soto Banjar Bang Amat yang ada di tepi sungai Martapura. Tepatnya di jalan Banua Anyar no 6 Banjarmasin. Oiya di dekat situ ada depot soto yang lain juga. Jadi jangan sampai salah masuk ya..
Sotonya Urang Banjat
Seperti biasa, kalau makan soto Banjar pasti ditemani oleh sate ayam. Rasa soto Banjar bang Amat ini eunak banget, beda dengan Soto Banjar H Anang di Martapura. Satenya di sini juga juara banget. TOP deh pokoknya..

Urusan kuliner kelar, mari sekarang hunting oleh oleh. Kami mendapat referensi pusat oleh2 toko Andalas di jalan Perintis Kemerdekaan, Pasar Lama. Disana dijual berbagai makanan khas Kalimantan Selatan dari mulai Kue Lam, amplang, kuku macan, dodol Kandangan, wadai gapit, rabuk (abon) ikan haruan hingga miniatur jukung dan baju2 bercorak khas Kalimantan Selatan. Lumayan lengkap deh..

Sekitar pukul 3 wita check in ke hotel Tree Park. Leyeh leyeh bentar trus sore harinya kami hunting sunset di jembatan sungai Barito. Menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari hotel dan di tengah perjalanan, kami sempet melihat indahnya langit jelang senja. 
Lukisan senja di Banjarmasin
Masya Allah... Luar biasa cantik langit sore itu. Alhamdulillah banget saya bisa melihat keindahan alam ciptaan-Nya.  

Rencana tinggal rencana... Karena jalanan macet banget, kami gagal menikmati sunset di atas jembatan sungai Barito. Sampai di sana, mataharinya udah tenggelam dan berganti bulan. Ya sudah lah... Mari kita futu futu aja di jembatan Barito, hehehe..
Malam di jembatan Barito
Karena terlambat dan hari sudah gelap, kami gak bisa explore di sana. So..balik lagi yuk ke Banjarmasin dan mari kita wisata kuliner lagi, hihihi....

...to be continue...

Jumat, 03 Juni 2016

[ Day 1 ] Martapura Kota Impian Masa Kecil

Menginjakan kaki ke Borneo adalah keinginan saya sejak dulu. Karena sejak SD saya akrab dengan pulau tersebut, dimana papa pernah ditugaskan di Palangkaraya, saudara sepupu tinggal di Balikpapan dan Samarinda. Jadi telinga ini kerap mendengar Pulau Kalimantan disebut. 

Waktu terus berjalan...keinginan pergi ke Kalimantan muncul kembali saat sudah bekerja sekitar tahun 2006. Waktu itu saya dan almarhum sahabat saya berencana ngebolang ke Balikpapan. Yupp...kami sudah mengantongi tiket Jkt - Bpp - Jkt tapi karena saat itu mama saya tidak mengijinkan berangkat, akhirnya dengan sedikit rasa kecewa batal ke Bpp. Oke fine... Saya pendam lagi keinginan untuk menginjakan kaki di bumi Borneo.

Entah kenapa... Sekitar 3 minggu yang lalu muncul perbincangan dengan 2 orang teman blogger kondang untuk ngebolang bersama. Sumpah ini racun banget  hahaha... Banyak destinasi yang muncul untuk rencana ngebolang ini. Dan setelah cap cip cup kembang kuncup terpilihlah kota Banjarmasin sebagai destinasi kami. Yuppp... Saya senang sekali karena impian untuk berkunjung ke Kalimantan sebentar lagi tercapai.

Persiapan kami lakukan dan mulai menyusun itinerary. Saat bikin itinerary, saya mulai membayangkan kota Martapura dan akhirnya teringat akan satu cerita. 

Jadi yaaa... Jaman SD dulu saya pernah punya buku kenangan yang isinya biodata. Dalam buku tersebut tercantum warna favorite, kota favorite dll. And you know what? Saya menulis kota favorite adalah Martapura. Jujur...saya sudah lupa. Belasan tahun kemudian saya bertemu dengan teman SD dan berbincang kalau saat itu dia tinggal di Banjarmasin, dekat dengan Martapura. Dia masih ingat akan buku kenangan SD saya yang menuliskan Martapura sebagai kota favorite. She reminds me about Martapura. Dari situ saya flash back dan emang benar, dari dulu kesengsem banget dengan kota Martapura.

Oke..Jumat lalu (27 Mei) akhirnya kami berangkat ke Banjarmasin dengan penerbangan pertama. Sampai di Banjarbaru pukul 10.05 Wita
Let's get lost...
Dan perjalanan ngebolang pun dimulai dengan tujuan pertama yaitu Martapura. Kami sengaja sewa mobil lepas kunci karena ingin benar benar explore Banjarmasin dan sekitarnya. Hanya bermodalkan Google map dan Waze kami sampai di Martapura. Yeeaaayy... Alhamdulillah

Mampir sejenak ke rumah salah satu kerabat teman saya kemudian lanjut isi perut. Kuliner pertama yang ingin dicicipi adalah Soto Banjar Anang yang hits banget.
Soto Banjar Anang
Depot Soto Anang yang terletak di Jl. A Yani Km 39 Martapura menyediakan Soto/sop Banjar dan sate ayam. Jadi yaa...kalau di Banjar, makan soto selalu ditemani oleh sate ayam. 

Setelah perut aman terisi, rencana kami lanjut ke pendulangan intan. Yuppp.. Martapura adalah kota penghasil intan terbesar di Indonesia. Keinginan untuk melihat pendulangan intan lenyap sudah karena hari itu adalah hari Jumat dimana orang banyak menghentikan aktivitasnya di siang hari, termasuk pendulangan intan itu sendiri. Agak sedikit kecewa sih...tapi ya sudah lah, insya Allah lain waktu bisa ke sini lagi, hehehe... #ngarep

Siang itu kota Martapura suasananya seperti kota santri, orang berduyun duyun datang ke masjid Al Karomah untuk melaksanakan sholat Jumat. 
Langit di kota Martapura indah banget.. Warnanya biru bersih dengan awan yang putih. Masya Allah...cantik banget. Ditambah dengan bangunan masjid yang megah berkombinasi warna kuning biru. Ya Allah.... Saya jatuh cinta banget dan sujud syukur akhirnya bisa ke Martapura setelah puluhan tahun menjadikan kota ini sebagai kota favorite masa kecil.
Masjid Al Karomah merupakan masjid terbesar di Martapura. Interiornya bagus, kubah dalamnya mewah dengan dominasi warna biru, kuning dan hijau, terdapat beberapa kayu ulin sebagai penyangga yang warna hijau, membuat adem suasana saat memasuki masjid ini.

Ada yang unik di dalam masjid Al Karomah yaitu adanya bangunan semacam pendopo yang ditopang oleh 4 soko guru masjid. Saat itu di keempat tiang kayu ulin besar itu digantung Kembang Barenteng. Apa maksudnya kembang tersebut? Apakah itu kembang keramat? Hehe.. Monggo baca saja di sini
Pendopo di dalam masjid
Letak masjid Al Karomah di pusat kota dekat dengan Taman Cahaya Bumi Selamat dan Tugu kota Martapura.

Tugu Martapura sbg landmark kota
Jalan jalan ke Martapura gak lengkap rasanya kalau gak mengunjungi Pasar Intan Bumi Cahaya Selamat (CBS) yang merupakan pasar terbesar di Martapura. Di pasar ini banyak kios yang menawarkan Intan dan asesoris bebatuan dari harga belasan ribu hingga jutaan rupiah. Kalau pecinta batu pasti bakal senang deh melihatnya. 
Foto : Courtesy of sesenyonyah ;)
Hayooo...siapa dari keempat mamak ini yang kalap? Hahaha...yang pasti bukan saya. Setelah puas ngubek pasar Intan CBS kami melipir ke alun alun yang ada prasasti Intan. Gak afdol yaa klo udah sampai sini gak foto narsis di prasasti Intan ini.
Gak terasa waktu sudah menjelang sore, kami meluncur ke arah Banjarmasin, namun di tengah perjalanan mencicipi dulu itik panggang Swarga di jalan A Yani Km 34 Martapura. 
Itik panggang 
Rasanya? Manis dan agak sedikit keras/alot, hehe.. No problem, yang penting saya sudah merasakan itik panggang #cetek hahaha...

Yuk lanjut perjalanan ke Banjarmasin dengan menempuh waktu perjalanan sekitar 1 jam. Dan inilah travelmate saya, udah pada kenal semua kan? Blogger kondang Mak YeyeMak Pungky dan mak Rokhmi.
ELang (Emak petualang)
Menjelang magrib sampai di hotel Victoria River View, kami beristirahat sebentar. Malamnya cus makan malam di Lontong Orari. Ada cerita apa di sana? 

To be continue.... Saya sudah Capek ngetik di henpon 
Hehehe...