Trus kalo Pinisi Edutainment Park apa dong? Adalah wahana bermain sambil belajar yang mengedepankan seni dan budaya Indonesia. Pinisi Edutainment Park (PEP) ini berloksi di Pasaraya Blok M Jakarta Selatan lantai 9 dan 10.
Pada hari sabtu kemarin saya bersyukur banget mendapat undangan dari PEP untuk mengikuti Pinisi Family Gathering. Ada apa di family gathering itu? Selain mengajak anak bermain sambil belajar dengan permainan yang atraktif dan edukatif, saya juga mendapat kesempatan belajar dalam workshop blogger.
Acara diselenggarakan pada pukul 10.00, kami datang pukul 09.45 dengan mengenakan baju batik sesuai dengan dress code nya yaitu "touch of batik". Begitu masuk ke Pinisi mata saya langsung disuguhi pemandangan kapal yang besar.
Kapal pinisi |
horee...sliding |
main kuda kudaan |
naik kereta api tut tut tut... |
Jam sudah menunjukan pukul 11.00 saatnya saya dan teman2 blogger masuk ke ruang Teater Pinisi untuk mengikuti workshop dengan pembicara Asteria Elanda dari majalah GoodHousekeeping. Acara dibuka dengan sambutan dari mba Ari Kartika yang merupakan Direktur PEP. Mba Ari yang cantik dan murah senyum ini menceritakan sejarah PEP yang baru dibuka pada bulan November 2012 dan progressnya dimana diharapkan nantinya PEP ini bisa menjadi science center dengan tidak menghilangkan unsur seni dan budaya Indonesia. Menurutnya PEP dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak bermain sekaligus belajar, sebagai one stop destination education and entertainment.
Banyak permainan yang digelar di PEP dari mulai Carousel, wall climbing, flying fox hingga 4D simulator.
Bukan edutainment park namanya kalo gak ada kelas belajarnya. Disini ada beberapa kelas yang bisa diikuti oleh anak anak usia 4-16 tahun diantaranya kelas vokal, angklung, batik, tari, pedalangan dan gamelan. Kalo saya masih berstatus anak anak, kelas pertama yang dimasuki adalah kelas tari karena saya suka menari Jawa :)
the class... |
Pojok kak Seto |
Setelah keterangan tentang Pinisi diulas blak blakan oleh mba Ari, tibalah saatnya Mba Asteria berbagi ilmu dan pengalamannya dalam menulis. Mba Aster yang merupakan Editor in Chief GH magazine bertutur bahwa menulis itu bukanlah bakat bawaan lahir seseorang melainkan suatu keahlian yang harus diasah dan terus diasah. Amunisi dalam menulis adalah membaca dan terus menulis. Jadi intinya jam terbang menentukan kualitas menulis. Hoho...kayanya posisi saya jauh banget dari daftar orang2 yang disebut sebagai penulis :)
Dalam menulis itu ternyata punya resep juga loh...Apa coba resepnya? Yaitu 5W1H (what, when, who, where, why dan how) Haduuuhhh...makin jauh lagi deh posisi saya terdampar ke belakang :) Jujur aja nih ketika mba Aster bilang begitu, hati saya langsung ciut karena selama ini saya nulis blog ini sak karep karepku dhewe alias sesuka hatiku sendiri tanpa memperhatikan resep 5w1h. Tetapi mba Aster mencontohkan tulisan sederhana yang ternyata tanpa disadari oleh si penulis itu sudah mengandung 5w1h. Wahh...agak sedikit lega nih, berarti tulisan saya selama ini gak salah salah banget dong *menghiburdiri* :)
Selain resep di atas ada lagi hal hal yang perlu diperhatikan dalam menulis etapi kok jadi panjang yaa ulasan saya? Kayanya mending di-skip aja dulu untuk postingan selanjutnya yaa...(kalo gak lupa) hehehe...
Dalam workshop ini mba Aster mengajak peserta untuk menulis Sharing and Blessing yang tertuang dalam beberapa paragraf dengan waktu hanya 15 menit. Wakkksss...hendak menulis apakah saya? Entahlah...blank banget, yang saya inget adalah cerita liburan kemarin tentang seorang abdi dalem yang telah setia mengabdi pada Keraton meski hanya digaji Rp. 27.000/bulan.
Bisa dibayangkan sodara sodara dalam waktu 15 menit harus menulis 3-5 paragraf, buat saya itu susah. Dan bener kata mba Aster kalo menulis 3 paragraf jauh lebih susah daripada menulis 3 halaman, hehehe...u're right. Entah apalah jadinya tulisan, yang penting selesai 1 halaman dan dikumpulin.
Setelah sesi menulis selesai kami istirahat makan siang di kedai Pinisi. Masing masing mendapat voucher lunch berupa bakso dan air mineral. Suasana kafe siang itu sangat riweh dan sepertinya para crew kedai belum siap menerima pesanan makanan segitu banyak. Voucher yang dikumpulkan ke petugas kedai dan diberi nama nantinya nama kita akan dipanggil begitu makanan datang, etapiiiiii sudah sekitar 20 menit kok belum dipanggil juga ya? Akhirnya antrian pun mengular panjang.
Ketika makan, saya satu meja dengan Yeye dan Desi. Sambil menunggu makanan datang, anak anak udah pada kelaparan. Saya teringat kalo membawa bekal nasi goreng untuk Samara, jadilah Samara yang sudah kelaparan banget makan duluan. Untungnya saya bawa coco crunch, jadi Radit dan Millie bisa ngemil ngemil dulu. Ahhh save by the bell nih :)
Ada yang menarik dari kedai Pinisi yaitu dindingnya bergambar para pejuang nasional Indonesia dan untuk menu makananya pun unik. Salah satu menu yang saya ingat adalah Lumpia Ibu Pertiwi dan Roti Pipih Tanah Bira (maksudnya pizza). Hhhmmm...Indonesia sekali ya.
Ada lagi nuansa Indonesia yang diangkat di Pinisi yaitu lagu lagu yang diputar adalah lagu daerah seperti lagu Jawa Cublak Cublak Suweng. Trus yang bikin saya tertarik adalah ketika theme song Pinisi diputar maka secara otomatis para awak Pinisi menari bersama. Keren ya...
hiasan dinding kedai |
Pertunjukan cerita rakyat Lutung Kasarung pun dimulai, cerita ini dikemas cukup bagus ada unsur pendidikan dan tak lupa diselingi lucu lucuan, jadi gak bikin penonton bete yaa.. Pertunjukan ini dimainkan oleh para karyawan Pinisi dan anak anak yang datang berkunjung di sana, jadi kalo ada yang mau gabung silakan saja. Di awal pertunjukan Samara agak ketakutan karena mungkin kaget suasana jadi gelap dan inilah kali pertama Samara nonton teater. Tapi lama kelamaan Samara mulai enjoy meski tetep cool gak ketawa juga pas ada adegan yang lucu :)
Lutung Kasarung |
Selesai pertunjukan Lutung Kasarung maka selesai pula acara Pinisi family gathering. Sebelum pulang gak afdol rasanya kalo gak foto foto karena bisa dikatakan *menurut saya* ini adalah kopdar akbar para blogger. Dan demi memuaskan rasa narsis para emak bloger pun berpose :)
Para emak blogger |
Lidya (mama CalVin), Yeye, saya dan Rina (Bunda Kanaya) |
Dan akhirnya worksop, kopdar dan playdate pun usai. Ketika beberapa orang beranjak meninggalkan Pinisi, Samara malah gak mau diajak pulang. Rupanya anak ini betah banget di Pinisi padahal semua mainan sudah dicobanya. Bahkan flying fox pun Samara sudah naik. Ayah bercerita kalo Samara berani naik flying fox dan disodorilah foto fotonya. Kata Ayah biar gak dikata hoax :)
Persiapan akan terbang |
my little girl is flying |
Karena ogah diajak pulang akhirnya kami mengijinkan Samara untuk naik Carousel sebagai permainan perpisahan. Hikss...sedih juga melihat Samara yang sebenernya gak mau pulang, tapi kan Samara main di Pinisi udah 6 jam yaitu dimulai dari jam 10.00 hingga jam 16.00. Buat Samara waktu 6 jam mungkin terasa singkat yaa dan pastinya sangat mengesankan.
Terima kasih Pinisi Indonesia atas undangan berbagi ilmunya dan yang telah memberi kesempatan Samara bermain sampai gak mau diajak pulang :) Semoga kedepannya Pinisi bisa menjadi lebih baik (terutama untuk urusan kedai itu) dan kalo boleh saran mohon dibuatkan ruang untuk sholat mengingat jatah waktu bermain disini kan 6 jam, jadi kami sebagai orangtua tetap bisa mengawasi anak2 bermain dan gak perlu jauh jauh untuk mencari mushola :)
Meski Pinisi Indonesia usianya masih seumur jagung tapi buat saya pribadi recomended dan kemungkinan saya akan kembali mengajak Samara bermain disini. Masih penasaran dengan kelas kelasnya :)