Alhamdulilah akhirnya tiba juga saatnya saya menerima hadiah hasil dari menang sharing blog competition. Tepat pada tanggal 31 Oktober 2013 selepas sholat subuh saya diantar Ayah menuju terminal Blok M untuk selanjutnya naik bis Damri ke bandara Soetta.
Pagi itu sebelum meninggalkan rumah, perasaan saya campur aduk banget, di satu sisi gembira karena impian saya untuk berbagi kebahagian dengan anak anak Nias bakal segera terwujud tapi di sisi lain saya harus meninggalkan Samara yang tengah sakit demam dan batpil. Dengan menguatkan hati dan mengucap Bismillah saya pamit kepada Samara yang masih tertidur pulas. Untung saja saat itu ada Eyang Samara yang sengaja datang ke Jakarta untuk menemani Samara selama saya ke Nias.
Tiba di terminal blok M pukul 5.20 lanjut perjalanan ke Soetta memakan waktu 50 menit saja. Tepat pukul 6.10 saya tiba di terminal 1B dan sesuai jadwal akan diadakan technical meeting terlebih dahulu. Begitu sampai terminal 1B dengan pede-nya saya langsung masuk ke dalam tapi ternyata para rombongan masih berada di luar terminal, hihihi...
Tak berapa lama rombongan masuk dan saya berkenalan dengan mas Iwok dan @ruthwijaya yang menjadi pemenang sharing blog competition juga, kemudian mba Yuna Kristina (Public Relation Manager), mba Fani (Brand Manager) dan Liem (Team IT) dari Tango Wafer. Selain itu juga ada mba @justsilly, Adisty (@gajahbleduk) dari perwakilan Mommiesdaily, mas Anto (Yayasan Obor Berkat Indonesia) dan 2 orang wartawan foto dari Suara Pembaharuan yaitu bang Iwan dan bang Dede dari Okezone.
|
Yeaay... ready to go |
Rombongan sudah lengkap, mari kita masuk ke ruang tunggu untuk menanti penerbangan ke Kuala Namu Medan. Jadwal penerbangan pukul 8.00 tapi seperti biasa pesawat maskapai penerbangan "Singa" selalu saja mengalami keterlambatan. Setelah delay sekitar 30 menit kami masuk ke dalam pesawat, meski delay tapi Alhamdulilah gak terlalu lama. Kebayang kan kalo lama pasti semua acara yang sudah terjadwal bakalan mundur juga.
Penerbangan Jakarta Medan memakan waktu kurang lebih 2 jam, lumayan lah bisa bobo cantik sebentar :) Sekitar pukul 10.45 kami tiba di bandara international Kuala Namu. Bandara yang resmi beroperasi sekitar bulan Juli 2013 untuk menggantikan Polonia, tergolong bandara yang ramai dengan jadwal penerbangan baik domestik maupun internasional. Masih ingat jelas ketika terakhir ke Medan tahun 2007 mendarat di Polonia, sumpah...itu bandara sudah kurang layak banget.
Turun dari pesawat kami langsung menuju ke ruang transit untuk selanjutnya menanti penerbangan ke Gunung Sitoli, Nias. Sekitar 1 jam kami menunggu di ruang tunggu yang masih rapi tertata. Lagi lagi delay.. pesawat yang harusnya membawa kami ke Gn Sitoli jam 11.30 akhirnya mundur jadi jam 12.30. Tapi beruntung juga delay hingga kami tak sia siakan kesempatan ini untuk menjelajahi bandara baru dengan tak lupa foto foto narsis :)
|
New Airport |
|
Kuala Namu Aiport |
Karena bandara Kuala Namu yang masih baru maka ada beberapa fasilitas yang masih dalam pembangunan. Begitu juga dengan restonya masih belum banyak yang buka. Tapi so far Kuala Namu jauh lebih nyaman dari Polonia.
Pukul 12.30 kami berangkat menuju ke Gunung Sitoli menggunakan pesawat baling baling berkapasitas sekitar 70 orang. Pertama kali melihat pesawatnya saya agak agak serem juga karena kecil dan pintu masuknya cuma ada 1 yaitu di bagian belakang.
|
Pesawat baling baling bukan bambu :) |
Ketika memasuki pesawat terasa hawa yang sangat panas dan saya berpikir, waduh...kok AC nya gak berasa ya? Kebayang selama 50 menit penerbangan bakal seperti sauna nih.. kegerahan yang luar biasa. Tapi ternyata dugaan saya salah, ketika mesin dinyalakan hawa di cabin makin terasa sejuk. Alhamdulilah..
Pengalaman pertama kali naik pesawat baling baling adalah suara yang super berisik ketika take off. Saya sampai harus menutup kedua telinga saking berisiknya, hingga ada anak balita yang menangis kejer ketika take off. Tapi begitu pesawat berada di angkasa, suara mesinnya sudah gak begitu memekakkan telinga.
Di atas penerbangan Medan-Nias kami disuguhi pemandangan yang indah yaitu kombinasi hamparan laut, bukit dan kebun kelapa sawit ditambah lagi gumpalan awan seperti kapas. Jujur saja selama perjalanan saya tak hentinya memuji keagungan-Nya.
Subhanallah lihatlah betapa cantik pantai Nias dilihat dari atas, gradasi warna biru dan hijau makin mempercantik pantainya. Bersyukur juga cuaca siang itu cerah banget.
|
Foto dari twitpic milik @ruthwijaya |
Alhamdulilah tiba di Bandara Binaka Gunung Sitoli pukul 13.40, saya sempat melihat sekeliling bandara tersebut. Iyaa...bandaranya kecil dan posisinya tak jauh dari rumah penduduk.
|
Touch down Binaka Airport |
Ya'ahowu...
Itulah sapaan khas Nias yang kurang lebih artinya sama dengan Horas untuk bahasa Batak. Selama berada di Nias diharapkan jika kita bertemu dengan orang maka sapalah dengan Ya'ahowu maka mereka akan membalas dan lebih menghargai kita.
Di bandara Binaka kami sudah dijemput oleh team OBI (Obor Berkat Indonseia) yang memang partner team Tango Wafer untuk menjalani program #handinhand. Kami menuju ke Posko OBI dengan menempuh perjalanan sekitar 20 menit hingga tiba di Jl. Diponegoro KM 6 Fodo, Gunung Sitoli.
Di situ kami istirahat sejenak sambil menikmati makan siang, sholat, briefing dan lanjut perkenalan satu persatu. Briefing yang dibuka oleh mba Yuna menceritakan sekilas tentang Program Tango Peduli Gizi. Sedikit saya singgung bahwa Wafer Tango bekerjasama dengan yayasan OBI mengukuhkan kembali komitmennya untuk memperbaiki kondisi anak Indonesia dan menciptakan masa depan yang lebih baik dengan meluncurkan program Tango Peduli Gizi (TPG).
Program TPG merupakan pengembangan dari program TPG keluarga yang terdiri dari pendampingan gizi, pemberdayaan ekonomi dan renovasi Rumah Sehat Tango yang meliputi perbaikan sanitasi dan ventilasi membawa dampak signifikan terhadap perkembangan gizi anak.
Melihat keberhasilan tiap keluarga itulah pada tahun 2012 Tango memperluas progamnya dengan target sasaran yang tadinya keluarga menjadi desa, yaitu melakukan program adopsi desa Banua Gea dengan melakukan kegiatan :
- Pemberian Makanan Tambahan untuk anak bergizi kurang selama 3 bulan
- Home visit dan poerawatan untuk anak bergizi buruk
- Rumah sakit Tango yang meliputi perbaikan sanitasi dan ventilasi rumah untuk keluarga dan anak bergizi buruk
- Pendampingan, penyuluhan gizi serta pola hidup sehat (mencakup pengetahuan untuk mengolah bahan makanan yang tersedia di sekitar untuk menghasilkan makan yang bergizi, cara mengolah bahan makanan yang baik dan benar serta pola perilaku hidup sehat) untuk ibu dan anak di desa Banua Gea
- Pemberdayaan ekonomi dan pengadaan gizi dengan memberikan bibit ternak (ayam dan lele) serta sayuran sebagai sumber gizi desa serta tambahan ekonomi.
- Perbaikan Prasarana Kesehatan di 5 Puskesmas pembantu dengan memberikan alat kesehatan serta pendampingan, penyuluhan dan pemberian motivasi untuk tenaga ahli di wilayah tersebut.
Beginilah kurang lebih hasil dari program tersebut. Bibit lele yang diternakan dalam suatu kolam dan sayur sawi yang nantinya bisa dikonsumsi atau dijual.
Setelah breafing kami melakukan kegiatan perdana yaitu kunjungan ke rumah Brian Harefa. Siapakah Brian Harefa itu? Tunggu... Nanti saya kasih bocorannya yaa :)
Pukul 4 sore kami melaju ke lokasi rumah Brian dan menempuh perjalanan sekitar 30 menit kami tiba disana. Sesampainya disana saya melihat anak kecil berkaos merah dan ketika ditanya siapa namanya? Dia menjawab : Brian.
Yuppp.. itulah Brian. Dia adalah salah satu anak yang pernah mengalami gizi buruk dan mendapat perawatan intensif di Balai Pengobatan Tango selama kurang lebih 4 bulan. Alhamdulilah sekarang Brian sudah sehat dan seperti apakah dia sekarang? Ini dia anak yang pernah saya ceritakan disini.
|
Sehat terus ya nak... |
Saat pertama kali melihat Brian, sungguh air mata ini tak bisa terbendung. Sambil bersalaman dengan Brian saya menitikkan airmata. Mengapa? Karena saya tak menyangka bisa bertemu dengan anak yang menjadi tokoh utama dari blog sharing saya.
Dari cerita itulah yang kemudian mengantarkan saya ke Nias untuk bertemu Brian. Senang rasanya bisa bertemu dengan Brian, melihat badannya yang sehat, pertumbuhannya juga bagus dan bisa ceria kembali bersama keluarganya.
Sore itu di depan rumah Brian, anak anak sudah berkumpul dan kami mengajak bermain serta bernyanyi bersama sambil tak lupa membagikan mainan yang kami bawa.
|
Senangnya mendapat mainan.. |
|
Berkumpul dan bernyanyi bersama |
Betapa senangnya melihat anak anak menerima mainan itu. Mainan yang sudah tidak digunakan lagi di rumah kita ternyata sangat berharga bagi mereka. Mata mereka begitu berbinar ketika menerima mainan dan mengembang senyum di bibir mungilnya. Pemandangan itu priceless banget buat saya. Jadi kebayang begitu banyaknya mainan Samara di rumah dan Alhamdulilah si kecil mau memberi beberapa mainannya untuk saya bawa ke Nias.
Sekitar 30 menit kami bercengkerama dengan Brian dan teman teman, tiba saatnya kami pamit karena harus melanjutkan perjalanan untuk kunjungan kedua yaitu ke rumah Krisman Waruwu. Dengan menempuh perjalanan sekitar 20 menit kami tiba di rumah Krisman.
Siapakah Krisman Waruwu? Dia adalah anak yang dulunya menderita kurang gizi dan mengidap penyakit Tubercolosis. Setelah mendapat perawatan intensive dari team dokter Balai Pengobatan Tango, Krisman dinyatakan sehat dan sekarang pertumbuhan badannya kembali normal. Krisman kini sudah duduk di kelas 2 Sekolah Dasar.
|
Krisman yang berbaju kuning |
Keluarga Krisman juga salah satu keluarga yang berhasil karena dulu mereka tinggal di rumah sempit dan sekarang setelah mendapat pembinaan, mereka berhasil membangun rumah yang layak huni dan orangtuanya juga telah membuka warung sebagai mata pencaharian.
Di rumah Krisman kami juga bernyanyi bersama dan tak lupa berbagi mainan serta makanan yang tak lain adalah Wafer Tango. Hmmm...nyam nyam :)
Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 17.45 saatnya kami menyudahi kunjungan kedua dan langsung menuju ke Rumah makan Grand Kartika yang letaknya di tepi pantai. Sayang sekali sore itu kami terlambat melihat indahnya sunset. Akhirnya kami hanya menikmati lembayung senja yang indah sekali.
|
lembayung senja... |
Makan malam kali ini serasa nikmat sekali karena ditemani suara deburan ombak. Selain itu aneka seafood yang dihidangkan juga nikmat sekali rasanya. Sambil menikmati makan malam kami saling berbagi cerita tentang kedua kunjungan tersebut.
|
Nyam...nyam.. |
Alhamdulilah perut sudah terisi dan hari juga semakin malam. Kami pulang menuju ke penginapan tapi... di tengah perjalanan melihat tumpukan durian dan taraaaaa... kami pun berhenti sejenak untuk menikmati durian Nias. Horeeee.... cuci mulutnya durian euy :) *loncatloncatgirang*
Setelah tawar menawar akhirnya sepakat perbuahnya dihargai Rp. 5.000, huaaa...murah banget kan? Rombongan kami menghabiskan 10 buah dan itu artinya cuma membayar Rp. 50.000. Aduhhh....rasanya pengin saya borong duriannya trus dikupas dan masukan ke wadah kedap udara untuk dibawa ke Jakarta. Karena tahu sendiri dong... harga durian di Jakarta ruarrrr biasa mahalnya.
Inilah penampakan durian yang bikin saya klepek klepek saking murahnya. Oiya, jangan ditanya yaa saya menghabiskan berapa buah durian? hahaha.... yang pasti puaaas banget :)
|
Durian murah meriah yang bikin kalap |
Alhamdulilah perjalanan hari pertama ditutup dengan pesta durian yang menyenangkan, hohoho... Akhirnya kami pulang ke penginapan dan beristirahat karena besok pagi akan ada perjalanan yang tak kalah menyenangkan dan pastinya butuh ekstra tenaga.
*to be continued*