Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk belajar parenting bersama psikolog keren Ratih Ibrahim. Acara tsb difasilitasi oleh kantor. Alhamdulillah kantor saya secara rutin selalu mengadakan acara talkshow seperti ini. Bergantian dari mulai talkshow kesehatan, financial, parenting dan terakhir kemarin diadakan talkshow fotografi. Yaa...pihak management menerapkan work life balance untuk karyawannya, hehehe... Jadi gak cuma pekerjaaan terus yang mereka tuntut dari karyawannya.
Tema talkshow kali ini adalah Good deeds. Bagaimana kita menanamkan benih kenaikan kepada anak? Oiya sebelum dibahas good deed, Ratih Ibrahim memperkenalkan metode parenting yang telah dia kembangngkan yaitu Joy Parenting. Apa itu Joy parenting? Adalah cara orang tua mengajarkan anak bagaimana mengembangkan kesehatan yang baik, memperkaya mimpi, bermoral dan santun serta berempati dengan cara yang menyenangkan dan suportif.
Terlintas pertanyaan dalam hati saya, mengapa harus Joy parenting ya? Eeeh...Mba Ratih menjelaskan karena orang itu memberikan bimbingan dengan pemahaman yang lebih baik bagi anak, dimana anak merasa dicintai, senang, enjoy, didukung dan diterima oleh orang tua mereka, tak peduli apa kesalahan mereka sehingga tidak ada pembatas antara orang tua dan anak.
Menurut Mba Ratih ada 7 cara dalam menciptakan Joy Parenting :
Terlebih lagi saat mba Ratih membuat quiz kecil kecilan dengan judul Happiness selt test. Yaitu semacam test yang mengukur tingkat kebahagiaan seseorang. Pertanyaan sederhana yang butuh kejujuran dalam menjawabnya adalah : AM I OK? AM I HAPPY? Nah lo.. susah kan jawabnya? Jawabannya musti jujur loh.. Hihihi..
Balik lagi ke joy parenting, dalam usaha untuk pencapaian ke 7 point di atas, ada satu hal sederhana yang harus diajarkan pada anak sedini mungkin yaitu Good Deed. Yup...benih kebaikan adalah nilai nilai luhur yang ditanamkan pada diri seseorang dengan tujuan membantu orang lain atas dasar ketulusan dan empati. Benar banget yaa...good deed ini harus diterapkan pada anak sedini mungkin. Banyak cara yang orang tua tempuh untuk mengajarkan good deeds.
Selain good deeds, ada altruisme yang harus diajarkan kepada anak. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, altruism atau altruisme adalah sikap yang ada pada manusia yang mungkin bersifat naluri berapa dorongan uuntuk berbuat masa kepada orang lain. Secara sederhananya menurut saya adalah menolong orang tanpa pamrih.
Setuju yaaa...kalau altruisme ini sudah dibekali Allah sejak kita lahir, tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku/ras, usia dan status sosial. Altruisme juga manifestasi rasa kemanusiaan dan moral yang ada dalam perilaku selama berinteraksi dengan orang lain.
Untuk membentuk pondasi altruisme pada anak ada cara sederhana yang bisa diterapkan yaitu mengajarkan keiklasan dalam:
Saya jadi teringat beberapa waktu lalu Samara minta ijin untuk memelihara ayam. Lantas apa reaksi saya? Tentu saja menolak. Mau ditaruh dimana ayam peliharaan itu? Rumah kami yang mungil tak bisa menampung ayam tersebut. Dan kebayangkan gimana repotnya? Akhirnya saya menawarkan untuk memelihara ikan dalam aquarium. Eh...Samara menolak aja doong... Tetep kekeuh minta adopsi ayam. Hingga saat ini kami belum deal dengan permintaannya. Dan baru berfikir ternyata permintaan Samara itu bisa membentuk pondasi altruisme anak. Hhhmm.. PR banget ya..
Mendengar semua pemaparan Mba Ratih, saya teringat film Inside Out yang sukses bikin saya mewek. Ternyata buanyaaakkk sekali yang harus saya pelajari untuk mengisi bola bola berwarna kuning dalam pikiran Samara.
Yuk...belajar lagi dan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk anak.
Senang banget bisa ikutan talkshow kali ini, alhamdulilah jadi nambah ilmu lagi. Dan terakhir saya bisa berfoto dengan Mba Ratih yang perawakannya tinggi menjulang. Saya pun minder berada di sampingnya, Huahaha....
Menurut Mba Ratih ada 7 cara dalam menciptakan Joy Parenting :
- Joyful Parents, orang tua harus menjadi orang yang paling menyenangkan bagi anak. Orang tua model begini sangat dinanti kedatangannya oleh anak. Hidup sehat dan bahagia adalah kuncinya.
- Joyful Relationship, orang tua harus mengajarkan kemampuan bersosialisasi kepada anak.
- Joyful Appreciation, orang tua yang selalu menghargai usaha anak bukan kesempurnaannya.
- Joyful Emotion, orang tua harus memperkaya anak dengan kecerdasan emotional
- Joyful Habits, menginspirasi anak dengan kebiasaan dan perbuatan baik
- Joyful Optimism, memperkaya anak dengan optimisme dan rasa bersyukur
- Joyful Togetherness, orang harus menginvestasikan lebih banyak waktu untuk kebersamaan.
Terlebih lagi saat mba Ratih membuat quiz kecil kecilan dengan judul Happiness selt test. Yaitu semacam test yang mengukur tingkat kebahagiaan seseorang. Pertanyaan sederhana yang butuh kejujuran dalam menjawabnya adalah : AM I OK? AM I HAPPY? Nah lo.. susah kan jawabnya? Jawabannya musti jujur loh.. Hihihi..
Balik lagi ke joy parenting, dalam usaha untuk pencapaian ke 7 point di atas, ada satu hal sederhana yang harus diajarkan pada anak sedini mungkin yaitu Good Deed. Yup...benih kebaikan adalah nilai nilai luhur yang ditanamkan pada diri seseorang dengan tujuan membantu orang lain atas dasar ketulusan dan empati. Benar banget yaa...good deed ini harus diterapkan pada anak sedini mungkin. Banyak cara yang orang tua tempuh untuk mengajarkan good deeds.
Selain good deeds, ada altruisme yang harus diajarkan kepada anak. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, altruism atau altruisme adalah sikap yang ada pada manusia yang mungkin bersifat naluri berapa dorongan uuntuk berbuat masa kepada orang lain. Secara sederhananya menurut saya adalah menolong orang tanpa pamrih.
Setuju yaaa...kalau altruisme ini sudah dibekali Allah sejak kita lahir, tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku/ras, usia dan status sosial. Altruisme juga manifestasi rasa kemanusiaan dan moral yang ada dalam perilaku selama berinteraksi dengan orang lain.
Untuk membentuk pondasi altruisme pada anak ada cara sederhana yang bisa diterapkan yaitu mengajarkan keiklasan dalam:
- Menyapa dan tersenyum kepada orang lain
- Mengajarkan anak membantu membereskan meja makan
- Mengadopsi hewan peliharaan
- Mengajak bicara anak lain yang dikucilkan
- Mengunjungi dan menemani kakek nenek
- Mengajak anak mengunjungi panti asuhan
- Berbagi mainan ataua barang kesukaan.
Saya jadi teringat beberapa waktu lalu Samara minta ijin untuk memelihara ayam. Lantas apa reaksi saya? Tentu saja menolak. Mau ditaruh dimana ayam peliharaan itu? Rumah kami yang mungil tak bisa menampung ayam tersebut. Dan kebayangkan gimana repotnya? Akhirnya saya menawarkan untuk memelihara ikan dalam aquarium. Eh...Samara menolak aja doong... Tetep kekeuh minta adopsi ayam. Hingga saat ini kami belum deal dengan permintaannya. Dan baru berfikir ternyata permintaan Samara itu bisa membentuk pondasi altruisme anak. Hhhmm.. PR banget ya..
Mendengar semua pemaparan Mba Ratih, saya teringat film Inside Out yang sukses bikin saya mewek. Ternyata buanyaaakkk sekali yang harus saya pelajari untuk mengisi bola bola berwarna kuning dalam pikiran Samara.
Yuk...belajar lagi dan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk anak.
Senang banget bisa ikutan talkshow kali ini, alhamdulilah jadi nambah ilmu lagi. Dan terakhir saya bisa berfoto dengan Mba Ratih yang perawakannya tinggi menjulang. Saya pun minder berada di sampingnya, Huahaha....
good deeds emang jelas bagus untuk dicontohkan dan ditanamkan kepada anak2 dari kecil. tapi tentang joy parenting, jangan lupa kalo semua2nya selalu joy itu juga gak bener. karena hidup ini harus balance.
BalasHapussama kayak moral dari cerita inside out. kalo joy terus, pada saat joy itu hilang, anak jadi bingung dan mati rasa. gak bisa handle perasaannya sendiri. dan pada akhirnya gimana harus deal with the situation? lewat perasaan sedih.
intinya semua itu harus balance. yin dan yang. gak akan bisa merasa kaya kalo gak pernah merasa miskin. gak bisa merasa suka kalo gak pernah merasa benci. dan gak bisa merasa bahagia (joy) kalo gak pernah merasa sedih (sadness).
menurut gua (once again parenting setiap orang berbeda2 tergantung sikon masing2), emang perlu kita menanamkan joyful dalam hidup keluarga kita. tapi kalo anak berbuat salah? tetep harus dimarahin. tetep harus ada punishment. anak jadi sedih? gak apa. sedih, marah, kesel itu wajar. semua orang harus merasakan, termasuk anak.
kalo pinter dipuji, kalo gak pinter jangan dipuji. udah pernah baca/denger gak dengan research belakangan ini dimana generasi anak2 sekarang (milenial) dimana kebanyakan dipuji (karena parenting style ortunya yang ngetrend waktu itu adalah selalu memuji dan memberi kata2 positif ke anak2, gak boleh bilang 'no' gak boleh bilang yang negatif 'misalnya bilang anak nakal'), akhirnya anaknya malah stres karena merasa terbebani dengan segala pujian yang diberikan ortunya. akhirnya anak2 itu malah jadi 'rusak' (ngobat, bunuh diri dll karena depresi).
intinya balik lagi kalo menurut gua harus balance ya. jangan over di satu sisi aja. :)
Arman.... Terima kasih atas komennya. Kereeeen :)
HapusBener banget sesuatu itu harus seimbang. Dan gw juga sangat realistis ketika anak salah, gw marahin dia, gw kasih tau kenapa gw marah?
Gw juga setuju dg lo, kalo perasaan kecewa juga harus diterapkan pada anak, contohnya kalau bocah minta sesuatu, gw gak langsung menurutinya dg berbagai alasan yg masuk di otak anak, hehehe...
Tapi untuk hal baik, kita tetep harus usahakan semaksimal mungkin.
Tengkyu Arman...:)
kalau baca ilmu parenting seperti tidak ingin berhenti, lagi dan ingin lagi karena seperti di awal tulisan, jadi orangtua itu memang tidak ada sekolahannya, jadi harus belajar terus
BalasHapusIyaaa... Gak ada istilah berhenti belajar parenting ya Bun... ;)
HapusMakasih udah mampir
asyik banget ya kantornya. Walau pun aku gak kerja jadi dapet ilmu juga dari postingan2 gini nih :). Selalubelajar tiap saat untuk menjadi orangtua ya
BalasHapushal yang sudah di abaikan sebagian ibu
BalasHapuswanita karier suka menyerahkan kehidupan anaknya pada pengasuh
BalasHapusmenanamkan empati pada orang lain emang harus banget ya mbak.. film Inside Out jd semacam ilmu baru jg ya di dunia parenting hehe
BalasHapusAnak2 kalau diajak ke panti asuhan banyak senengnya keknya. :)
BalasHapussebagai muslim, ciptakan anak sebagai penghuni akhir zaman yang beriman kuat yang kuat dengan godaan fitnah dajjal yang mungkin akan di alaminya
BalasHapusciri akhir zaman sepenuhnya sudah terjadi, maka tanamkan kepada anak kita lman,lslam yang kuat
BalasHapus