Dari rumah Oprianus Gea kami menuju Pantai Fofola di Tuhemberua Nias Utara. Jaraknya sih tak begitu jauh dari rumah Oprianus, hanya sekitar 30 menit perjalanan. Tiba disana pantai sepi banget, gak ada pintu masuk yang biasa memungut retribusi, gak ada orang lalu lalang yang menjajakan jualannya seperti layaknya obyek wisata lain. Kalau menurut saya sih pantai Fofola itu bukan pantai yang dikelola pemerintah untuk tujuan wisata jadi yaaa orang lain bebas melihat pantai.
Sore hari di Fofola.. |
Foto milik mas Iwok |
Sebelum matahari terbenam pulang ke hotel untuk istirahat sejenak karena akan ada acara makan malam bersama. Tiba di hotel saat itu langit sedang cantik cantiknya. Subhanallah....
Lembayung senja di atas Wisma Soliga |
Udang crispy nya juaraaa banget... |
Setelah santap malam kami melakukan sesi sharing bagaimana kesan pesan selama 2 hari mengikuti perjalanan ini. Dimulai dari mas Iwok yang bercerita panjang lebar kesannya dilanjutkan ke semua peserta. Tibalah giliran saya bercerita dan apa yang terjadi pemirsa? Saat awal bercerita baik baik saja tapi di tengah2 saya sukses mewek hingga terisak isak. Maluuuu banget rasanya karena gak bisa kontrol emosi rasa haru dan miris atas kondisi anak anak Nias.
Entah kenapa kalo saya bercerita tentang anak anak, yang terlintas di pikiran adalah Samara. Yaa.. kalo udah menyangkut Samara pasti gampang mewek. Huhuhu... Teringat betapa kurang beruntungnya anak anak itu yang hidup dalam himpitan kemiskinan membuat sebagian dari mereka tidak mengecap masa kanak kanaknya dengan gembira. Bayangkan saja anak usia 7 tahun sudah harus menggendong/momong adeknya yang berusia sekitar 1 tahun. Padahal nih...biasanya anak 7 tahunan itu sukanya bermain dengan teman temannya tanpa harus dibebani mengasuh adik. Tapi itulah kenyatannya.
Tapi yang paling menyentuh hati saya adalah pertemuan saya dengan Brian yang kisahnya saya angkat dalam blog sharing kompetisi yang mengantar saya bisa ketemu langsung dengan "sang aktor". Sama sekali gak nyangka bisa menang dan bertemu Brian langsung melihat keadaan yang sekarang jauh lebih baik. Ahhh... mata saya mulai ngembeng lagi nih *tisu mana tisu*
Kelar semua peserta menyampaikan kesan kesannya kami pulang karena besok harus check out dari hotel jam 5 pagi untuk memulai perjalanan wisata. Suasana pamitan pun terasa menyedihkan karena kami harus berpisah dengan Bu Fasti sekeluarga. Sudah saya singgung di posting sebelumnya siapa itu bu Fasti. Semoga kelak suatu hari kita bisa bertemu lagi yaa dan satu pelajaran yang saya ambil dari bu Fasti yaitu ikhlas menolong orang dengan hati dan mengajarkan anak anaknya untuk berbagi di usia yang sangat dini.
Akhirnya kami balik ke hotel untuk packing dan istirahat. Hasrat hati pengin bobo cepet eh malah bobonya jam 12 malam juga :) Jam 4 pagi harus bangun dan usai sholat subuh kami check out dari hotel menuju Teluk Dalam Nias Selatan untuk mengunjungi Pantai Sorakhe dan atraksi Lompat Batu. Horeee... Can't wait to see lompat batu yang fenomenal ituh :)
Perjalanan pagi itu sempat ditemani rintik hujan tapi alhamdulilah gak lama. Karena perjalanan diperkirakan akan menempuh waktu 4 jam maka lumayan lah bisa bobo di mobil untuk melanjutkan yang tadi malam hehehe... Tapi ternyata saya gak bisa tidur sodara sodara karena sibuk nelpon ke rumah memantau Samara yang masih sakit.
Hingga akhirnya mobil yang kami tumpaki berhenti tidak boleh melintas jalan karena ada jalan yang ambruk tidak bisa dilewati. Kami putar balik mencari jalan lain yang ternyata harus lewat jalan kecil di tepi pantai kemudian berjalan di bibir pantai.
Wow...berasa off road loh. Pagi itu aktifitas pantai belum terlihat ramai hanya ada sebuah truk yang melintas, entah untuk mengangkut apa truk itu?
Melewati pinggir pantai membuat saya sedikit deg degan. Tak lama dari situ kami berhenti lagi karena ada spot bagus yang harus dilihat. Ini dia pemandangannya. Cantik yaa...
Indahnyooo... |
Lanjut perjalanan menuju Pantai Sorakhe. Oiya saat itu baru setengah perjalanan loh, kami harus menempuh sekitar 1,5 jam lagi untuk tiba di Pantai Sorakhe.
Jam 09.30 tiba di Pantai Sorakhe, suasana pagi itu tampak sepi pengunjung, hanya ada rombongan kami saja. Konon kabarnya Pantai Sorakhe merupakan salah satu dari 10 lokasi terbaik surfing di dunia jadi sering sekali turnamen surfing kelas dunia diselenggarakan di sini.
Sorakhe yang surut |
Biasanya ombak besar terjadi pada bulan Juni - Juli dan saat itu berkumpul para surfer lokal maupun luar. Satu informasi lain yang saya dapat dari sopir kami bahwa ketinggian ombak Pantai Sorakhe sudah berubah akibat gempa yang terjadi beberapa tahun silam. Makanya sekarang para surfer "mengungsi" ke pantai Lagundri yang letaknya gak jauh dari situ.
ombak besarnya... |
narsis dulu ya kakak.. :) |
Homestay |
Sekitar 30 menit di sana lanjut perjalanan menuju desa Bawa Mataluo untuk melihat atraksi lompat batu atau dalam bahasa Nias disebut Fahombo. Lokasinya tak jauh dari Sorakhe tapi karena jalanannya sepi dan menanjak makanya butuh waktu sekitar 30 menit.
Tiba di sana kami harus menaiki 86 anak tangga untuk menuju lokasi lompat batu.
Sampai di atas pemandangan cukup bagus tapi sayang tertutup mendung. Suasana di perkampungan sama seperti kampung wisata lain, banyak anak menjajakan souvenir, ada pula yang menawarkan diri menjadi tour guide.
Rumah adat berjejer di kanan kiri jalan menuju tugu lompat batu. Dan beginilah suasana desa Bawa Mataulo.
Sampailah kita di depan tugu. Setelah tawar menawar harga atraksi lompat batu kami siap dengan kamera masing masing untuk mengabadikan. Pelompat yang menggunakan baju adat pun melakukan persiapan.
Si pelompat ada di ujung sana.. |
my best shoot... :) |
Many thanks deh sama hp tercintah *ciumciumxperia*
Oke.. lompatan pertama berhasil, lanjut lompatan kedua dimana kami sekarang menjadi obyek foto yaitu dengan berdiri di balik tugu batu.
Foto milik mas Iwok |
Oiya ada yang penasaran dengan harga atraksinya? Untuk 2 kali lompatan (yang tidak bisa diulang) harganya Rp. 250.000. Mahal atau murah? Silakan ambil kesimpulan sendiri, tapi menurut saya harga segitu so so lah karena mengingat latihannya membutuhkan waktu bertahun tahun dan kebayang dong... resikonya kalo gagal melompat pasti bisa cedera.
Setelah pelompat sudah unjuk kebolehan kami masuk ke dalam istana kerajaan Nias yang letaknya tepat di depan tugu batu.
Interior istana |
Menilik dari bangunannya, istana ini terbuat dari kayu batangan/gelondongan yang susun tanpa menggunakan paku hanya pasak kayu saja yang menjadi pengait kayu satu dengan lainnya.
Lihat betapa kokohnya kayu tersebut dan hebatnya lagi kayu tersebut gak dimakan rayap maka dari itu meski sudah berusia ratusan tahun, istana ini masih kuat dan masih digunakan untuk upacara adat tertentu.
Ketika kami di dalam istana, hujan turun dengan suksesnya membuat saya ketar ketir jangan jangan nanti penerbangan kami kena delay. Dengan menerobos rintik hujan kami menyudahi kunjungan ke desa Bawa Mataluo menuju Bandara Binaka, Gunung Sitoli.
Alhamdulilah hujan berhenti jadi menghapus kekhawatiran saya akan delay :)
Pulangnya kami harus off road lagi di pesisir pantai. Kali ini sudah terlihat banyak kegiatan pantai yang dilakukan warga.
Anak pantai... |
Saya akui pemandangan pantai Nias sungguh cantik...
Akhirnya kami tiba di bandara Binaka pukul 13.30 untuk penerbangan pukul 15.30 dan lagi lagi delay 30 menit. Sampai bandara Kuala Namu Medan jam 17.00 menunggu penerbangan ke Jakarta yang ternyata... delay lagi delay lagi...
Meski ditemani rintik hujan, perjalanan tergolong lancar tapi sempat panik karena pesawat berhenti sebentar di angkasa dan AC tiba tiba mati. Tak berapa lama pesawat mendarat selamat di Soetta jam 21.30
Dengan menginjakan kaki di Jakarta berarti usai sudah perjalanan kemanusiaan #NiasHandinhand kami. Alhamdulilah semua berjalan dengan lancar dan buat saya pribadi ini merupakan Memorable Trip karena banyaaaak sekali pelajaran yang dipetik dan berkenalan dengan orang orang hebat yang selalu menolong dengan ikhlas.
Satu hal yang harus saya tanamkan dalam hati yaitu harus selalu bersyukur dan terus bersyukur karena Allah telah memberikan banyaaak sekali kemudahan dalam hidup saya.
Terima kasih Tango Wafer, Mommies Daily, Yayasan Obor Berkat Indonesia dan semua rekan yang selama 3 hari selalu bersama. Semoga kebersamaan dan keikhlasan berbagi kami tidak terhenti sampai disini. Amin...
cakeeeepppp....
BalasHapusfoto2nya lho ya, hahaha..
kalo cuma 86 masih gancil, Yan *sambil nyari koyo*
wah keren tuh foto yang pelompatnya itu ya. pas banget dapetnya! :)
BalasHapusCantik ya, Nias..
BalasHapusGw ngerti kok perasaan lu, Mak. Gue juga kalo ngliat anak-anak kecil yang kurang beruntung gitu, pasti inget Nadya. It's okay to cry :)
Itu rahang babi mungkin hasil perburuan rajanya. Jadi makin banyak rahang, makin tinggi gengsinya. Kali ya, sok tau gw :p
prok prok prok..iyaa pas banget momen foto si pelompat batu itu yaak, kereeen ;))
BalasHapusudang crispynya minta di comot banget deh itu..;p
pemandangan yang cantik dan fotonya juga bagus2...
BalasHapussamaan sama aku yan klo melihat anak2 pasti yg teringa Kanaya dan selalu sukses bikin nangis...
Foto yang pas lompat itu bagus bangeeeet Yan.. :D
BalasHapusBtw, aku kok fokusnya malah ke es kelapa muda-nya yaa.. :( maap.. pingin banget jadinyaaaa
@ mama Hilsya, hahaha...iya emang foto2nya cakep tapi lebih cakep yang nge-shoot :p
BalasHapus@ Arman, eheem..eheemm.. That's my best shoot :)
BalasHapus@ Della, toss dulu aaahh... jd gw ada temannya :)
BalasHapusEmang kalo liat anak jadi inget anak sendiri yaa, naluri emak emaknya mucul :)
Oiya kayanya bisa jadi tuh rahang babi yg dijejer itu hasil buruan sang raja.
@ Desi, doain yaa muga2 foto itu bisa jadi gambar di salah satu kalender :)
BalasHapusUdang crispy nyaaa juara banget loh mak :p
@ Rina, asyikkk ada temannya lagi hihihi... naluri emak kali yaa :)
BalasHapusPemandangan di Nias emang kereen bgt, Subhanallah...
@ Bebe, hahaha...kelapa mudanya sukses bikin bumil kesengsem.
BalasHapusIya Be... foto itu my best shoot :)
pantainya sepi ya, jarnag pengunjungnya
BalasHapusjus hijaunya itu bikin saya ngilerrr....
BalasHapusnyobain lompat batu ga tuh
BalasHapusIndah yaaa ...
BalasHapus