Pages

Minggu, 06 Januari 2013

Djogja Day 2

Merupakan cerita lanjutan yang ini dan akan menjadi postingan yang lumayan panjang. 
Jangan bosen bacanya ya :)

Setelah beristirahat dengan nyenyak di rumah abang Ucok, pagi harinya bangun dengan kondisi badan yang segar. Samara yang malamnya belum ketemu dengan sepupunya, sekarang saatnya mereka bertemu dan bermain bareng.

Diajarin mba Karin main keyboard, lagunya Twinkle Twinkle
Setelah sarapan mie goreng yang enduess kami pamit pada tuan rumah untuk jalan jalan. Hari ini acara pertama adalah main air di Parangtritis (Paris). Berangkat dari rumah jam 07.00 dan ternyata udah kesiangan banget berangkat jam segitu. Menempuh perjalanan sekitar 45 menit, tibalah kami di Paris,wow...rame banget euy, banyak anak sekolah yang study tour kesana.

Untungnya gak susah cari parkiran, walau sempet nyasar nyasar dikit. Oiya, selama di Djogja saya dipercaya untuk jadi tour guide-nya. Saya hanya mengandalkan ingatan semasa kuliah dulu, meski Djogja sekarang sudah banyak perubahan. Ah, bikin puyeng...

Back to Paris, kami sampai di pantai sekitar pukul 7.45 matahari pagi itu sudah cukup panas sehingga ketika kami menginjakan kaki di pasir pun sudah terasa menyengat. Berbekal topi dan sunglasses kami bermain main di bibir pantai.

Begitu lihat ada andong, Samara langsung minta naik kuda. Akhirnya saya, Samara dan Eyang naik kuda keliling pantai dengan membayar Rp. 20.000. Oiya untuk tarif ini sudah harga mati, gak bisa ditawar karena daftar harga sudah ditempel di andongnya. Untuk biaya keliling pantai sampai ke karang harus membayar Rp. 60.000. Saya memilih keliling pantai saja, gak perlu sampai ke karang karena lumayan jauh dan pastinya butuh waktu lama sedangkan kami harus mengunjungi tempat wisata yang lain.
Bukan Opung loh yang jadi pak kusir nya :)
Setelah keliling naik andong kami bermain air.
sensasi pasirnya membuat Samara senang bermain

say kejuuuu *_*
Saat itu matahari bersinar dengan cerahnya, Subhanallah pemandangannya cantik banget.
Birunya langit menyatu dengan biru air laut.
cantik yaaa...
Main air sebentar dan tiba tiba datang ombak besar. Subhanallah saya kaget langsung memegang Samara yang ketakutan kerena kaget. Padahal nih kami gak berada di tengah pantai. Yaiyalah mana saya berani ngajak main Samara ke tengah. Trus ketika ombak kembali normal lagi tiba tiba saya disamperin sama simbah putri dengan mengingatkan : "ati2 nduk, segoro iki galak lan wis suwe ora entuk korban"  Artinya : Hati hati nak, laut ini galak dan sudah lama gak dapat korban. Whuaaa...langsung kami minggir teratur. Karena sudah banyak yang tahu kan bagaimana cerita pantai selatan ini. Upsss...maaf saya tidak bermaksud menakut nakuti yaa.

Saya pilih mundur teratur karena Opung Samara yang melihat kepanikan kami akan datangnya ombak besar itu langsung turun tangan dan menggendong Samara. Ya sudah kami mengakhiri main airnya karena memang sudah basah kuyup. Setengah dari badan saya sudah basah, padahal saya gak prepare baju ganti sebab saya pikir gak akan sebasah ini :)

Setelah bilas air tawar kami istirahat sambil minum es kelapa muda. Slurrrppp seger bener dah :)
nyeruput kelapa muda

Setelah Paris, kami lanjut perjalanan menuju Keraton kurang lebih memakan waktu 1 jam. Sekitar pukul 10.30 sampai di Keraton, wedeww...itu cuacanya udah panas banget. Untung kami bawa stroller jadi untuk mengelilingi Keraton, Samara gak perlu capek jalan.

Tujuan pertama adalah Pegelaran Keraton yaitu hall depan Keraton yang sering digunakan untuk upacara seperti pelantikan Sultan HB X menjadi Gubernur DIY.

Dengan membayar tiket Rp. 3.000/orang kami masuk ke dalamnya.
Entrance...panas euy
Disini hanya ada museum yang isinya patung patung menggambarkan upacara adat Keraton seperti acara pernikahan dan khitanan. Disini juga ada ruang terbuka semacam tenda yang bisa bergema. Aneh yaaa...ruangnya terbuka tapi kok bergema? Entah lah... menurut saya amazing aja sih :)
Di depan museum patung
Selain itu ada seperangkat gamelan
sayang gamelannya gak ada yang menabuh

Si ayah gak mau ketinggalan berpose dengan patung
gantengan siapa nih? ^__^
Setelah Pagelaran kami berjalan kaki ke museum Kereta Kencana. HTM Rp 3.000/orang, untuk anak di bawah 3 tahun gratis. 

 
Kereta yang terdiri dari 2 kategori yaitu kereta kencana dengan lapis emas dan kereta jenazah ini umurnya sudah 100-200 tahunan, tapi masih bagus banget dan kereta itu masih digunakan untuk kirab acara adat seperti pernikahan atau pemakaman.

Ada yang bikin saya trenyuh yaitu saat penjaga kereta itu bercerita kalo gaji tiap bulannya hanya Rp 27.000, helowww...apakah cukup gaji segitu untuk menghidupi istri dan 2 orang anaknya? Secara logika pasti gak cukup ya...tapi si bapak itu tetap mengabdi pada kerajaan karena beliau ingin melestarikan sejarah dan mengabdi pada Raja yang merupakan penguasa tertinggi. Jadi meski penghasilannya sangat tidak mencukupi beliau tetap bekerja. Menurutnya buanyaaak teman teman yang memilih mundur dan mencari pekerjaan lain yang gajinya lebih baik.

Hebat sekali yaa...si bapak itu, menurut beliau bekerja menjadi abdi dalem Keraton adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli. Priceless...

Setelah museum kereta kencana kami melangkah ke Keraton. Nah...inilah the real Keraton. Banyak orang yang mengira Pagelaran adalah Keraton padahal bukan. Keraton yang sebenarnya adalah disini. Letaknya memang agak masuk dan dari museum kereta berjarak kira kira 300 meter.

Begitu masuk ke pelataran kami disuguhi pagelaran wayang kulit

Disini Eyang dan Opung memilih duduk beristirahat sambil melihat wayang kulit.
HTM domestik Rp. 5.000/orang sedangkan untuk wisatawan asing Rp. 21.000/orang, lumayan juga ya perbedaannya. Masuk ke areal Keraton tidak boleh membawa stroller, jadi strollernya harus diparkir dulu.
Di depan logo Keraton

Masuk ke dalam Keraton, luas banget deh halamannya



Masuk lebih dalam lagi banyak ruangan2 yang menyajikan koleksi barang2 antik yang masih bagus banget dan terawat rapi seperti peralatan makan para Raja yang usianya udah ratusan tahun.
Peralatan makan dan igloo termos antik
Yang paling menarik buat saya adalah museum Hamengku Buwono IX yang menceritakan perjalanan hidup beliau dan semua pernak pernik milik HB IX termasuk lencana kehormatannya.
Museum Sultan HB IX
Puas keliling Keraton yang luas dan bikin kaki gempor kami menyudahi perjalanan karena perut sudah lapar. Keluar Keraton menuju parkiran di alun alun lor (utara) kami naik becak Rp. 10.000. Sebenarnya harga itu mahal karena jaraknya gak begitu jauh dibanding jarak Taman Pintar dengan rumah Pakdhe. Kemarin saja kami naik becak cuma Rp. 5.000, tapi ya sudah lah...daripada panas panas jalan kaki, kasihan Samara, Eyang dan Opung.

Dari Keraton cari makanan, eh...si Opung pengin makan masakan Padang, ya sud kami meluncur ke Jl. Suryotomo ketemu RM Padang yang murmer tapi untuk soal rasa ya lumayan aja sih.
Pas maksi, Samara udah kecapekan dan tidur dengan suksesnya. 

Perut udah kenyang tapi Samara masih bobo pulas, mau jalan ke Malioboro kasian si bocah ya..Trus gimana dong? Muter aja di Maliobro, tiba tiba Eyang bilang kalo pengin makan rujak es krim. 

Oke, kami meluncur ke Pakualaman, tapi saya khawatir jangan2 udah habis nih rujaknya...Emang masih berjodoh yaa, alhamdulilah kami masih dapat menikmati rujak yang atasnya dikasih es krim dengan harga yang super duper murah yaitu Rp. 3.000/porsi.

Rujak es krim, hhmmm...
Rasanya maknyuss...ada pedas, asam, manis dan sensasi dingin dari es krim nyampur jadi satu, slurrrppp abwessh :) Di Pakualaman ini banyak juga yang jual makanan ala Djogja.

Dari Pakualaman menuju Kotagede ke rumah budhe lagi ambil titipan oleh oleh trus berencana mau ke Coklat Monggo tapi gak jadi karena gak tahu jalannya, lagian kita ngejar mau ke Mirota Batik dan DAGADU.

Balik lagi ke arah Malioboro, susah juga nyari tempat parkir di Sabtu sore itu, banyak sekali pengunjung Malioboro. wajar aja sih...pan long wiken.

Sampai Mirota Batik, ampuuun deh itu rame banget euy...riweh pisan. Pilih pilih batik, eh nemu yang unyu untuk Samara dan bunda tentunya, si Eyang seperti biasa borong daster :) 

Pokoknya nih kalo ke mirota batik rasanya kalap banget deh, pengin dibeli semua baik pernak pernik khas Jawa, mainan anak2 tradisional, jamu, minuman macam wedang jahe, bandrek  maupun batiknya. Semuanya sangat menggoda iman dan taqwa

Seperti biasa di mirota batik selalu ada seorang ibu yang membatik secara live :)

Pas di Mirota batik, mas Pras sepupu saya datang memberi Samara kaos Dagadu. Woww...seneng dong alhasil kami gak jadi ke Dagadu karena udah dapat kaos gretongan dan waktu sudah menjelang magrib. Eyang dan Opung sudah sangat kelelahan jadi memutuskan untuk kembali ke rumah bang Ucok.

Inilah suasana Malioboro yang selalu ngangenin

Sepanjang Malioboro
Di tengah jalan kami sudah kelaparan, cari makan di daerah Wirobrajan membuat saya kebingungan karena jujur gak begitu hapal daerah ini. Bisa dikatakan Wirobrajan bukan daerah jajahan saya waktu kuliah :)

Melipir ke Jl. Kapt Tendean eh...nemu Omah Lodhong dengan makanan yang murah meriah dan enak. Emang yaa Djogja itu surganya makanan murah dan enak. Bayangkan kami ber 6 makan hanya merogoh kocek Rp. 75.000 sajah. Itu udah bikin perut kita kenyang serasa mau meledak

Kelar urusan perut kami ke Nitiprayan eternyata di rumah abang Ucok sepi gak ada orang, semua pergi ke RS karena anak sulungnya yang memang sedang sakit itu harus diopname di Panti Rapih karena positif terkena DB :(

Ya sudah kami belok ke rumah sepupu saya (dari pihak Mama) ngumpul disana sampai malam. Karena Samara rewel, saya memutuskan keliling Malioboro lagi untuk meninabobokan Samara di mobil. Beeuuuhh...malam minggu Malioboro macet parah :(

Setelah Samara udah bobo kami balik ke Nitiprayan, ngobrol bentar sama bang Ucok menanyakan keadaan anaknya kemudian istirahat. Huufff...panjang juga perjalanan kami hari kedua. Mari siapkan energi untuk esok hari.

To be continued...

Cerita berikutnya bisa diintip dimari

28 komentar:

  1. rujaknya rujak biasa ya mbak trus dikasih es krim?

    BalasHapus
  2. Iya rujak serut biasa trus dikasih es krim.
    Sangat sederhana tapi makyuss :)

    BalasHapus
  3. hihihi parantritis disebutnya paris ya... :)

    itu pas naik andong, kok opung duduknya di pinggir banget sih... apa gak jatoh tuh...

    BalasHapus
  4. Arman, iya Paris singkatan Parangtritis.

    Opung duduknya di tempat pak kusir, emang minggir banget tempat duduknya tapi gak papa sih :)

    BalasHapus
  5. Huaaaah... Sedih banget baca soal penjaga museum yg gajinya 27rb itu. Beneran tuh.. Huhuhuhu teganyaaa...

    Aku baru sekali kayaknyanke Paris, udah lupa deh jadinya bentuk pantainya kayak apa. Cuma paling inget kesana takuuut banget pake baju ijo..hahaha..

    BalasHapus
  6. Iye Be, gw aja sampe gak yakin trus tanya lagi : berapa gajinya? Dijawab 27 rb :(

    Bener, memang ada mitos kalo ke Paris jangan pake baju ijo nanti saingan sama Nyi Roro Kidul. Entah bener atau gak? :)

    BalasHapus
  7. Mba Yaniiiii mupeeeeeeennggg.. Huehehehehehe
    Homaigat Jogja dan segala keeksotisannya.
    Tapi kalo ke sana ga ada penunjuk jalan nih. Jadinya kan gimana ya? Huehehehe....
    Aih senangnya jalan-jalan diJogja barengan keluarga gitu..

    BalasHapus
  8. aku ngiler liat rujak eskrimnya :)
    subhanallah, 27rb buat beli beras 2 hari aja kali ya #terharu ama bpknya

    BalasHapus
  9. si ibu yg nge batik di mirota itu dah ada sejak duluuuu banget, dan orangnya sama terus hihihi....awet deh dia

    BalasHapus
  10. wah mbak jadi ingat waktu aku dan suami mengunjungi Kratonnya

    itu laut dan langitnya cantik banget mbak, aku pernah ke Paris tapi sama suami belum pernah, jaid pengen ke sana nih

    foto fotonya keren mbak, thanks for sharing

    BalasHapus
  11. mauuuu rujak eskrimnyaa.. ;))
    gue juga demen kalo naek delman, secara jarang2 kan disini.. cuma ada di ragunan ama di monas ajah..heuheu

    BalasHapus
  12. gw ngeces liat rujak eskrimnya :D

    ngeliat review ini jd pengen jalan2 ke jogja juga deh :)

    BalasHapus
  13. @ Dani, buatku Djogja emang never ending deh, eksotis banget. Gimana kalo ajak aku aja utk jadi tour guide nya? :)

    @ Lulu, iya akupun trenyuh banget mendengar penjelasan si bapak itu.
    Rujak es krim nya emang enak loh :)

    @ Novi, emang si ibu itu udah dari jaman baheula. Awet muda yaa :)

    BalasHapus
  14. @ mba Ely, ayo ajak pak suami jalan2 lagi ke Djogja sekalian ke Paris :)
    Terima kasih mba :)

    @ Desi, emang es krim nya menggoda iman banget makanya mamaku sampe kaya orang ngidam :)
    Aku malah belum pernah naik delman di Jkt :)

    BalasHapus
  15. @ Nike, hahaha...bumil jadi ngidam rujak ya?
    ayoo jalan2 ke Djogja kalo adeknya Tania udah brojol :)

    BalasHapus
  16. waaa seneng yaa jalan jalan ke djogja ..
    itu rujak eskrim nya gmna rasanya mbak :D

    BalasHapus
  17. Tambah mupeng pengen ksana lg, ah dirimu bkin mupeng ajah -_-

    Btw gajinya ga slh yah tuh sgitu, ckckck kasian bnr :(

    BalasHapus
  18. @ Dea, rasanya enak nano nano antara manis, pedas, asam dan dingin :)

    @ Yeye, hihihi...sayang kemarin lo gak jadi ke Djogja ya mak?
    Eh iya, itu gaji si bapak emang mengenaskan :(

    BalasHapus
  19. Lengkap banget ya mbak, klo liburan kesana, udah tahu deh mau kemana aja :)

    Kasian juga penjaga keraton itu, gimane keluarganya makan :(

    BalasHapus
  20. Astaga, itu penjaga kereta gimana ngehidupin keluarganya ya? Gak kebayang kondisi keluarganya gimana...

    Rujaknya keliatan enak banget. Rujak kan emang udah seger, ditambah pake es krim pulak... :D

    BalasHapus
  21. Oh iya, lupa, utk web header 150K ya mbak *bisik-bisik*

    BalasHapus
  22. denger2 sih para abdi dalem itu gajinya kecil2.. mereka setia2nya luar biasa.. Tp apa karena itu juga yg menjadi abdi dalem yg udah tua2..? etapi gak tau juga sih sy apakah abdi dalem ada juga yg muda2 :)

    BalasHapus
  23. Rujak es krim? Aaaaaa.. penasaraaaaaaann..
    Btw kapan ya bisa ke Jogja.. T^T

    BalasHapus
  24. Wah.. jadi ke Paris ya..sayang belum sempat mampir ARITA ya bun hehe. Yang penjaga kereta itu kan abdi dalem kraton, emang gajinya kecil. Dulu sewaktu kuliah pernah wawancara beberapa abdi dalem kraton yang tinggal di dkt kraton, dulu ceritanya untuk penelitian hehehe. Gaji mereka kecil tapi mereka tetap bisa bertahan hidup. Hidup mereka hanya diabdikan untuk sultan, jd walau scr materi tidak punya tp hatinya tentram, katanya..

    Ah..jadi kangen Jogja. Setelah belasan th meninggalkan jogja, saya juga gak hafal tempat makan enak yg sekarang bertebaran di penjuru jogja :D

    BalasHapus
  25. @ mba Mayya, emang memprihatinkan gaji para abdi dalem :(

    @ Allisa, mungkin para abdi dalem ini punya kerjaan sambilan ya? makanya mereka bisa survive. I wish...

    BalasHapus
  26. @ Della, rujak es krim nya super duper endeussss deh. Sok atuh ke Djogja :)

    @ Ahayurumi, kami ke jogja pas libur natal, sama dong kaya kamu ya :)

    BalasHapus
  27. @ BunDit, maaf bun gak jadi mampir ARiTa. Insya Allah next time kita mampir :)
    Trenyuh juga ya mendenger gajinya yg kecil tapi memang pengabdian mereka priceless.

    Ah...Djogja memang ngangeni banget kok Bun :)

    BalasHapus
  28. museum patungnya itu, menurutku menakutkan sekali.. hehehehhee...

    ngeri aja lihat patung patung itu
    gimana kalo malemnya mereka hidup ya?

    hehehhee
    efek terlalu banyak nonton film nih

    BalasHapus

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkomentar :)