Pages

Jumat, 11 Januari 2013

Djogja Day 3

Setelah kemarin puas ngiderin Djogja seharian, hari ketiga ini saatnya kami pulang ke Tegal, tapi masih ada objek wisata yang menanti yaitu Borobudur. Horeee...
Yuk maree kita mulai bercerita :)

Pagi pagi bangun trus beberes packing semua bawaan, huaaa...travelbag jadi beranak euy. Setelah semua beres kami keliling workshop milik bang Ucok yang berada di belakang rumahnya.

Jam 8 pagi pamit pulang dan sebelum menuju Magelang kami akan menengok keponakan saya *anak sulung bang Ucok* di RS Panti Rapih. Keluar dari Nitiprayan cabcus ke Wijilan untuk membeli gudeg Yu Djum yang bikin ketagihan *kalo kata saya sih* untuk dibawa pulang dan bekal nasi untuk dimakan di jalan. Kebetulan pakde kenal dengan yang punya warung gudeg jadi dikasih bonus lumayan, hehehe. Kata pakde saya, gudeg Yu Djum ini sekarang dikelola oleh anak anaknya karena Yu Djum nya sendiri sudah sepuh. Ealah...kok jadi ngomongin gudeg ya? :D

Karena kemarin gak sempet fotoin, saya pinjam foto dari efbe nya Gudeg Yu Djum saja :)


foto diambil dari sini
Setelah urusan pergudegan selesai kami meluncur ke arah UGM tujuannya adalah sarapan pagi di SGPC Bu Wiryo yang berlokasi di Klebengan dekat Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Masuk daerah Klebengan saya sudah tak asing lagi karena disitulah dulu mas Adhy *kakak semata wayang saya* ngekost. Sebelumnya saya janjian dulu dengan mas Pras *sepupu saya yang memberi kaos Dagadu untuk Samara* di bunderan UGM. Wow...kompleks UGM sudah cantik banget. Banyak bangunan baru bermunculan, eh maksudnya bangunan lama yang direnov dengan gaya minimalis.

Back to SGPC, menu yang ditawarkan disini hanya ada 2 yaitu sego pecel dan sop daging. Untuk pemesanan, si pembeli harus datangin langsung ke meja penyajian. Tidak seperti tempat makan yang lain, kita datang, pesan menu kemudian makanan datang. Disini kita harus nyamperin sendiri, kalo nunggu dilayanin sih...gak makan makan karena emang suasana warung rame, apalagi di hari minggu pagi itu.


Sego pecel yang endeuuss
Harga disini cukup mahal untuk ukuran kota pelajar, nasi pecel tanpa lauk dipatok harga Rp. 9.000, ini jauh lebih mahal dari warung pecel di Djogja lainnya. Lauk yang tersedia di sini bermacam dari mulai pelbagai gorengan, telur ceplok, sate usus, sate telur puyuh. Sedangkan harga sop daging juga sekitar Rp. 12.000 lumayan mahal kan?

Sambil makan, para pengunjung dihibur dengan lagu lagu yang menurut saya cukup membuat kemrungsung, maksudnya disini adalah suasana warung yang super riweh banyak orang lalu lalang ditambah dengan suara orang yang ngobrol ditambah lagi alunan lagu *entah itu lagu apa* jadi makin kurang nyaman untuk menikmati pecelnya. Ini menurut saya loh...dan dibenarkan juga oleh mama.

Untung saja pecelnya enak maka semua yang bikin gak nyaman jadi ketutup dengan rasa makanan yang porsinya cukup nampol di perut


say chesee...
Setelah perut kenyang kami menuju RS Panti Rapih untuk menjenguk keponakan saya. Sudah pasti saya dan Samara gak ikutan masuk RS hanya main Angry bird saja di mobil. Etapi tiba tiba si bocah pengin pup, ya sudah mau gak mau masuk ke dalam RS :)

Pukul 10.30 keluar RS langung cabcus ke Magelang. Perjalanan siang itu cukup lancar dan sukses membuat kami tertidur, eh tahu tahu sudah masuk ke kawasan Borobudur. Sampai Borobudur jam 12.30 disambut dengan cuaca yang mendung. haduuuh musti buru buru naik nih, jangan sampai kehujanan. Samara yang masih bobo pulas kami bangunin tapi ogah ogahan. Kasian juga sih...

Di musim liburan seperti kemarin untuk mencari parkiran gak gampang yaa, meski lahan parkir cukup luas teteup aja susah nyarinya.

Kami hanya bertiga saja yang masuk ke Borobudur, Eyang dan Opung memilih nunggu di bawah sekalian lihat lihat souvenir yang banyak dijajakan di sana.

Dengan membeli tiket Rp. 30.000/orang kami masuk ke areal candi. Hhhmmm utk HTM nya lumayan mahal ya? Sempat takjub melihat harganya karena dari sekian objek wisata yang kami datangi liburan kali ini hanya disinilah yang paling mahal. Anak usia dibawah 3 tahun bayarnya Rp 12.000 saja. Total kerusakan beli tiket Rp 72.000

Oiya Eyang udah wanti wanti sebelumnya, berhubung perjalanan dari pintu masuk ke candi cukup jauh maka disarankan menggunakan kereta saja. Disamping irit tenaga, memburu waktu juga biar gak kahujanan. Oke, kami cari loket keretanya dan membayar Rp. 5.000 untuk 1 kali perjalanan. Dengan membayar Rp. 5.000 kami mendapat air mineral



Menurut saya ini bukan air mineral biasa karena di labelnya tertera : Terima Kasih Anda Telah Ikut Berpartisipasi Mendukung Borobudur Sebagai Warisan Budaya Dunia. Okelah gak rugi kok membayar Rp 5.000.

Benar juga kata mamaku kalo jalan menuju candi itu jauh banget, bisa gempor kalo jalan kaki. Sambil duduk di atas kereta terbuka kami menikmati hijaunya pemandangan




 Tak lama kemudian candi mulai terlihat



Semakin mendekat semakin terlihat jelas candi Borobudur yang pernah masuk nominasi 7 wonders of the world.


cantik yaaa...
Sampai di depan pintu masuk candi terlihat banyak orang, ramai sekali. Sebelum naik ke atas candi kami diharuskan memakai kain yang dipinjamkan secara cuma cuma oleh pihak pengelola. Tidak semua orang dipinjami kain batik bermotif borobudur, hanya yang berusia di atas 16 tahun. 


Di pelataran candi
Kalo menurut saya sih peminjaman kain batik itu bertujuan agar semua pengunjung yang datang terutama wisatawan asing dapat mengenal batik lebih jauh. Kemudian untuk menghormati candi Borobudur sebagai peninggalan bersejarah.

Karena tak sedikit pengunjung yang menggunakan celana pendek (pakaian kurang santun), maka dengan memakai kain batik akan menutupi bagian tubuh yang terlalu terbuka. Selain itu tentu saja ingin menunjukkan bahwa batik adalah salah satu hasil seni yang berasal dari Indonesia. Setuju??? :)

Tapi emang ya orang Indonesia itu agak susah diatur, banyak juga loh yang ambil kain batik itu tapi gak dipake cuma diselempangkan di bahu. Dooohhhh, emang gak bangga ya pake batik? 
Kalo saya sendiri sih malah suka loh dan bangga mengikatkan batik borobodur di pinggang.

Naik ke atas candi, Samara gak mau digendong sama sekali. Oke lah ayoo bunda tuntun naik ke atas, nak...



Tuh kan banyak yang gak pake kain batik? *gedek*

Di tengah perjalanan, saya menawarkan Samara untuk digendong tapi si bocah malah menolak.
Dan ini gambar di pertengahan candi. Sambil istirahat Samara begaya dulu :)


yeayy..aku bisa naik ke atas candi *__*
Naik ke atas lagi, saya sudah agak kelelahan, si Ayah kembali menawari Samara untuk digendong ehh tetep kekeuh gak mau. Ya sudah, lanjut lagi...

Hampir mendekati puncak kita istirahat lagi dan Samara takjub melihat stupa yang paling besar di puncak candi, sampai kepalanya mendongak begitu, hehehe 


Horeee bentar lagi aku sampai puncak
Setelah menaiki beberapa anak tangga lagi kami sampai di puncak. Hufff...berasa banget deh ini kaki. Kami gak berlama lama di atas, karena langit mulai gelap. Kami buru buru turun takut kehujanan di tengah jalan.
Samara masih saja amazed dengan candi Borobudur, lihat saja mukanya :)

Candinya besar sekali ya Bun...
Hanya sebentar berada di puncak candi, kami langsung turun. Pas turun kembali saya tawarin Samara untuk digendong dan lagi lagi si bocah menolak. Ya sudah kami pelan pelan saja turunnya karena anak tangganya lumayan tinggi. Biarin lah agak antri dan sedikit lama, yang penting selamat.

aku bisa turun sendiri Bun...
Alhamdulilah kami sampai di bawah candi meski dengan nafas terengah engah dan hebatnya Samara gak merasakan kelelahan sama sekali. Salut juga saya dengan kondisi Samara, dia bisa naik dan turun sendiri tanpa digendong sekalipun. Sejujurnya saya khawatir banget Samara bakal kecapekan.

Lesson learned : Jangan pernah meremehkan kekuatan fisik anak yaaa :)

Oiya di tengah perjalanan turun saya melihat ada sebuah pohon yang saya gak tahu namanya tapi ketika mendengar orang bercakap cakap barulah tahu kalo itu pohon buah Maja.

Ingat cerita Majapahit kan? Nah...itu lah buah Maja yang konon katanya pahit banget. Bentuk buahnya seperti jeruk bali tetapi permukaannya kulitnya mulus tidak seperti kulit jeruk. Beginilah gambarnya :

Siapa berani makan buah ini? ^__^
Kami pun sampai di tempat pengembalian batik kemudian lanjut keluar pelataran candi menuju parkiran. Saya mencari kereta yang tadi membawa kami ke candi ternyata gak ada bokkk...ya sudah lah terpaksa kami jalan kaki. 
Ampun deh itu jalannya jauhhhhh banget, disini Samara minta gendong, baru berasa capek kali yaa...:)
Kami harus melewati arena tunggang kuda, taman bermain dan jejeran penjual souvenir. Karena kelelahan dan langit makin gelap, saya tak melirik sedikitpun ke dagangan yang digelar para penjual.

Gak gampang ya menemukan mobil kami karena parkiran sangat penuh, setelah agak nyasar dikit kami sampai di mobil. Pas udah sampai mobil langsung gerimis. Untunglah kami tadi bergerak cepat dan Alhamdulilah gak kehujanan.

Etapi...kemana si Opung? Ternyata Opung menjemput kami sambil menenteng payung karena khawatir cucunya kehujanan. Oalah Opung...Alhasil malah cari carian :)

Pulang dari Borobudur dengan keadaan hujan lebat di Magelang, pak sopir gak berani melaju kencang. Melewati kota Magelang yang ternyata sudah sangat maju dan ramai kemudian lanjut ke Semarang lewat Secang.

Sampai Semarang kami istirahat sambil makan malam dulu. Senangnya melintas Semarang di malam hari karena bisa menikmati kilauan lampu dari Semarang atas (daerah Tembalang). Subhanallah cantik banget loh..

Setelah makan kami lanjut perjalanan ke Tegal lewat Batang, Pekalongan dan Pemalang. Alhamdulilah sampai rumah Eyang jam 23.00, beberes trus zzz...zzz

Senangnya kami bisa berlibur dengan Eyang dan Opung, melihat mereka tersenyum, tertawa gembira sambil bersenda gurau dengan Samara selama dalam perjalanan, rasanya PRICELESS banget

Insya Allah kapan kapan bisa mengajak Eyang dan Opung jalan jalan lagi. Semoga kami diberi rejeki yaaa... Amin *__*

21 komentar:

  1. iiiii seru anget deh yang ke candi borobudur .. aku terakhir ke yogya waktu staditur sekolah di SMA hmmmmm pengen k situ lagi :(

    BalasHapus
  2. kalo di jogja jangan lupa makan baso, bener2 beda ga kayak di kota lain.
    kangeeeeen banget ma baso jogja :((
    I-Pub

    BalasHapus
  3. senangnya jalan2... terakhir ke borobudur tahun 1998 klo ga salah... dah jaduul banget sekarang lebih bagus kayanya ya...

    BalasHapus
  4. @ Dea, wah udah lama banget ya :)

    @ Iam Publisher, bakso Bawor ya maksudnya? Kemarin gak sempat makan disana :(

    BalasHapus
  5. jadi pengen ke borobudur juga.. terakhir kesana waktu kecil banget.. udah lupa.

    BalasHapus
  6. Seneng bener Bu jalan-jalannya. Ngebayangin deh semangatnya Samara naik dan turun di Borobudur. Mukanya excited banget...
    Borobudur udah bagus gitu ya? Duluu banget pas jaman SMP ke sana masih berdebu banget. Hehehe

    BalasHapus
  7. @ Bunda Kanaya, dibandingkan dulu aku ke Borobudur pas studitour SMP, sekarang jauh lebih bagus dan lebih tertata.

    BalasHapus
  8. @ Nike, ayo ke Borobudur lagi, sekarang udah bagus dan asri gak kaya dulu gersang

    @ Dani, iya Samara semangat banget naik turun tangga :)
    Borobudur sekarang makin bagus Dan..

    BalasHapus
  9. Duh mak yani gayanya pas d tangga itu eksis yesss :D

    BalasHapus
  10. Yeye, eksis is a must, mak.
    hahahaha....

    BalasHapus
  11. Lihat foto makanannya jadi lapar mbak
    lihat foto fotony ajadi pengen ke sana juga, dah lama ndak ke Borobudur

    aku malah baru tahu ttg buah Maja ini mbak

    BalasHapus
  12. aduhh ngecess bgt ini liat gudeg yu jum... T__T
    kangen kreceknya... :'(

    BalasHapus
  13. Ya ampuuuun.. Udah lama banget ga ke Borobudur >_<...

    untungnya sih si Bubu udah pernah, jadi setidaknya bisa nunggu ada Mibu dulu buat kesana lagi.. Hihihi...

    Huaaah gudegnyaaa.. Langsung bikin laper loh.. :(

    BalasHapus
  14. bagus2 fotonya di borobudur... :)
    lumayan juga ya bayar tiket masuknya dapet air mineral... :D

    BalasHapus
  15. @ mba Ely, emang makanannya bikin ngiler :)
    Aku juga baru tahu buah maja.

    @ Denu, gudeg yu djum emang gak ada duanya, right? :)

    BalasHapus
  16. @ Bebe, nanti kalo ada Mibu musti diajakin ke Borobudur ya...:)
    Yuk makan gudegnya hehehe

    @ Arman, makasih Man :)
    Iya lumayan juga HTM Borobudur

    BalasHapus
  17. asyiknya yang habis jalan-jalan. aku juga pernah menemukan air mineral tulisannya hospital waktu dirumah sakit

    BalasHapus
  18. gudeknya...........*ngilerrr*
    Borobudur emang bagusss....eh trus ayah bunda tempel koyo gak?
    Maja emang bagus dan menggiurkan ya...sayang gak bisa dimakan :D

    BalasHapus
  19. @ Lidya, iya memang menyenangkan bisa jalan jalan bareng keluarga :)

    @ Lulu, hahaha..gak tempel koyo tapi pijetan pake parem kocok *jadul bener yak* :)

    BalasHapus
  20. jadi kayak di bali gitu ya
    setiap mengunjungi pura, kita kan dipinjami selembar kain gitu... aku pikir sih, itu untuk mengantisipasi bule bule yang suka pake hotpants kemana mana, kurang sopan aja kalo ke pura pake hotpants yaaa

    BalasHapus
  21. waaah Dija belom pernah nih ke borobudur...
    kalah sama Samara yaaa

    BalasHapus

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkomentar :)